Pagelaran piala AFF selalu menjadi ajang yang dinanti-nanti oleh penggemar sepakbola. Turnamen yang diadakan setiap dua tahun sekali oleh Federasi Sepak Bola Asean (AFF) ini tengah menyita perhatian banyak masyarakat belakangan ini. Meskipun Final AFF 2020 telah usai, tetapi euforia para supporter masih terasa.
Timnas Indonesia berhasil mendapatkan posisi runner-up dari Thailand. Pada league 1 Indonesia vs Thailand mendapat score 0-4. Sementara league 2 score Indonesia vs Thailand adalah seri yaitu 2-2. Thailand kembali menjadi pemenang piala AFF 2020 setelah enam kali menjadi juara umum pada ajang piala AFF.
Banyak para suporter bola bahkan masyarakat biasa yang sudah mengakui kehebatan tim sepak bola Thailand. Sehingga kemenangan tim negara gajah putih tersebut sudah menjadi hal yang lumrah. Apalagi, para pemain Thailand merupakan pemain-pemain senior yang sudah mempunyai banyak pengalaman di beberapa ajang pertandingan sepak bola. Jam terbang mereka sudah tinggi, sehingga mereka sangat cerdik dalam mengatur strategi di lapangan. Sementara tim nasional Garuda Indonesia bisa dikatakan belum begitu berpengalaman di turnamen-turnamen besar. Para pemain juga merupakan pemain junior yang masih tergolong berusia muda. Sehingga pengalaman di lapangan belum begitu matang.
Walaupun kemenangan Tim sepak bola Thailand sudah dianggap wajar, tetapi banyak juga masyarakat yang berspekulasi bahwa ada sebuah pengaturan dalam pertandingan tersebut. Ada seseorang yang telah mengatur score pertandingan atau disebut mafia bola, sehingga kemenangan sebuah tim bukanlah murni dari usaha tim tersebut.
Pada league 1, Gol-gol yang dilakukan Thailand dilakukan oleh Chanathip Songkrasin pada menit ke-2 dan 52, Supachok Sarachat pada menit ke-67, dan Bordin Pala pada menit ke-83. Pemain Thailand pada saat itu bermain cukup baik. Mereka terlihat begitu bersemangat sehingga hampir tidak terlihat penjaga gawang Thailand di tangkapan layar karena bola lebih sering mengarah ke arah gawang timnas Indonesia.
Hal ini berbanding terbalik dengan pemain sepak bola Indonesia yang terlihat kurang bersemangat. Bahkan disaat tim Indonesia mempunyai peluang untuk mengejar ketertinggalan score, ternyata gol itu gagal diraih timnas Indonesia. Peluang itu terjadi pada menit ke-41. Sebelumnya, Witan Sulaeman memberikan umpan dengan melakukan crossing mendatar ke kotak penalti Thailand dan akhirnya berhasil mengarah kepada Alfeandra Dewangga. Tetapi sayang, Alfeandra gagal memasukkan bola tersebut ke gawang. Dia menendang bola melayang ke atas gawang Thailand. Sehingga score pertama untuk Indonesia urung didapatkan.
Gagalnya Alfeandra Dewangga untuk mencetak gol ini pun mendapat perhatian dari para netizen. Pasalnya, kesempatan itu sudah hampir seratus persen berhasil tapi digagalkan begitu saja. Banyak netizen di media sosial yang menduga adanya praktik mafia bola pada pertandingan final AFF 2020 league 1 ini.
Sementara pada league 2, Indonesia masih tidak bisa mengejar ketertinggalan score. Gawang Indonesia berhasil dibobol pemain thailand pada babak kedua di menit ke-54 oleh Adisak Kraisorn dan di menit ke-57 oleh Sarach Yooyen. Dengan begitu, Thailand berhasil keluar sebagai pemenang pada piala AFF 2020. Namun, bukan berarti Indonesia tidak bermain dengan baik pada league 2. Di babak pertama, timnas Indonesia bermain cukup epik sehingga bisa mencetak gol di menit ke-7 oleh Ricky Kambuaya. Sementara, gol kedua berhasil dicetak Indonesia pada menit ke-80 oleh Egy Maulana Fikri.
Banyak juga kejanggalan yang disoroti netizen pada league 2 ini. Diantaranya, ada empat pemain yang dilarang oleh pemerintah singapura untuk tampil di league 2 ajang AFF 2020 diantaranya Elkan Baggot, Victor Igbonefo, Rizky Dwi Febrianto, dan Rizky Ridho. Mereka dilarang tampil karena melanggar aturan Bubble. Diketahui, mereka keluar dari hotel selama dua jam karena membeli shampo dan sabun mandi. Pada saat itu, PSSI sudah membayar denda kepada pemerintah Singapura, tetapi anehnya tiba-tiba malam hari sebelum pertandingan PSSI menerima pesan dari pemerintah singapura tentang pelarangan empat pemain timnas Indonesia untuk berlaga pada Leg 2 final AFF 2020 yang berlangsung esok hari. Hal ini dinilai cukup mengganjal.
Kejanggalan lain juga terjadi kepada timnas Indonesia ketika bermalam di hotel Singapura. Pasalnya, timnas Indonesia diletakkan satu lantai dengan tamu biasa atau masyarakat umum. Ketika weekend mereka melakukan party dan mabuk-mabukkan. Hal ini sangat mengganggu timnas Indonesia sehingga mereka tidak bisa beristirahat dengan tenang. Selain itu, pelatih Shin Tae-yong juga mengatakan bahwa mereka hanya diberi makan nasi kotak sehingga stamina mereka menjadi kurang baik.
Selanjutnya adalah keputusan wasit yang tampak berat sebelah. Pada saat leg 2 final piala AFF 2020, wasit yang bertugas adalah Muhammad Faisal Al-Ali. Wasit asal Yordania tersebut dinilai netizen sering mengambil keputusan yang merugikan tim sepak bola Indonesia dan menguntungkan tim Thailand. Hal ini terbukti dengan beberapa kali pemain Thailand melakukan pelanggaran di kotak terlarang, tetapi wasit sama sekali tidak merespon. Tidak ada peringatan atau kartu kuning yang diperlihatkan. Beberapa netizen di twitter sayang menyayangkan hal itu terjadi. "Seharusnya wasit bisa lebih adil dalam mengambil keputusan. Pasti ada mafia bola di belakangnya" tulis akun @carlo_anang.
Walaupun kali ini timnas Garuda Indonesia belum bisa memenangkan piala AFF 2020, tapi mereka sudah melakukan yang terbaik. Akan tetapi, sangat disayangkan jika benar ada mafia bola yang masih ikut campur dalam pengaturan score pertandingan. Mengingat pada piala AFF 2010, terbukti ada mafia bola yang turut campur dalam pengaturan skor saat itu. Sehingga, beberapa orang harus ditangkap dan diadili. Semoga kedepannya sepak bola Indonesia bersih dari pengaturan score dan bisa menjadi jauh lebih baik lagi.